Pentas Teater Jalang, Kisah Tragis dan Miris



 
Pentas Teater Jalang, Kisah Tragis dan Miris
Syamsul (Rian Harahap), Tijah (Siti Salmah) dan Ade Aisyah FJ (Siti) dalam salah satu adegan pentas teater berjudul Jalang di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin, Sabtu (12/4). Foto: TEGUH PRIHATNA/RIAU POS
KOTA (RIAUPOS.CO) - Selama dua malam beturut-turut, penonton berdesak-sesaka di Gedung Anjung Seni Idrus Tintin untuk menyaksikan pentas teater berjudul Jalang produksi Komunitasseni Rumah Sunting (KRS), seperti pada malam kedua, Sabtu (12/4). Penonton yang rata-rata adalah mahasiswa itu rela duduk di tangga-tangga yang ada di dalam gedung pertunjukan.

Kisah tragis sekaligus mengiris yang berdurasi sekitar 1,5 jam itu mengisahkan tentang kehidupan sebuah keluarga yang hancur berantakan karena keterbelakangan pendidikan, sosial, kebudayaan dan tipisnya iman. ‘’Mulai dari rasa dan nilai keteguhan, kepatuhan, kelembutan sampai kepada sakit hati, dendam kesumat, keangkuhan, tidak adanya tanggung jawab, sangat terasa dalam cerita ini,’’ ucap Kunni Masrohanti selaku sutradara.

Pertunjukan teater yang diangkat dari karya Rian Hararap itu juga merupakan naskah yang pernah mendapat prestasi sebagai naskah teater favorit Festival Teater Indonesia (FTI) 2012. ‘’Naskah teater karya Rian Harahap ini sudah saya ubahsuaikan yang kemudian saya bancuh (ramu, red) dengan realita yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan memang ini hanya sepenggal kisah,’’ jelas Kunni.

Di pertengahan adegan pada pementasan malam kedua itu sempat terganggu disebabkan listrik padam. Angin kencang, petir dan hujan deras membuat listrik di gedung pertunjukan terganggu. Namun demikian, pementasan yang diperkuat empat aktor tetap berlangsung meski hanya dengan penerangan lampu senter seadanya hingga pertunjukan benar-benar berakhir. Bahkan tak satupun beranjak dari tempat duduk mereka.

Rangkaian kisah tragis dan miris tersebut begitu terasa di hati penonton, seperti yang diutarakan Salah seorang mahasiswa UIN, Nur Anita. ‘’Kisah ceritanya tragis tapi cukup membuat hati miris dan bersedih. Rasanya air mata ini tak dapat ditahan saat menyaksikan pertunjukan Jalang meskipun terganggu dengan PLN padam,’’ ucap Nita sapaan akrabnya.

Senada dengan itu, seniman teater dan film dari Rohil, Walid Singkit juga mengakui kisah yang diproduksi Komunitasseni Rumah Sunting adalah sebuah potret kehidupan yang sangat menyayat hati. ‘’Saya sudah menyaksikan pementasan ini sejak masih gladi bersih. Setiap kali sampai klimaksnya, rasanya tak tahan juga untuk tidak menitikkan air mata,’’ ucap Walid yang juga bertugas sebagai penata artistik yang diundang Kunni langsung dari Rohil.

Komentar

Postingan Populer