Kita Bukan Pemilik Sah Republik Ini.



Negeri ini tidak dimiliki oleh saya, anda atau kita. Negeri ini dimiliki oleh orang lain. Masih ingat lirik lagi Indonesia Raya, “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya”. Lantas renungkan artinya dengan mendalam. Mengapa seorang legend seperti WR Supratman mencipta lirik yang begitu dahsyatnya. Mungkin setelah mendengar dan mengiang-ngiangkannya di telinga kita baru tangkap apa arti sesunggguhnya makna besar tersebut.
Sudah didengar? Baiklah kita bukan pemiliki sah negeri ini. Bersebab negeri ini sudah dimiliki oleh negera dan bangsa lain. Hampir seluruhnya, dan kita disini hanya sebagai pelaksana harian. Apa buktinya? Lihat saja perilaku manusia Indonesia yang begitu konsumtif dimulai dengan teknologi yang datang dari China dan Jepang. Seluruh aspek kehidupan dan ornamennya adalah barang-barang dari China dan Jepang. Kita lihat lagi apa kontribusi Amerika dalam negeri yang kita cintai ini. Mereka dengan santai mengambil pundi-pundi dari aspek-aspek penting. Lihat saja perusahaan multinasionalnya yang sibuk mengambil emas kuning dan emas hitam kita. Ya kita tahu sudah seharusnya Freeport di nasionalisasi begitu juga dengan Chevron.
Kita adalah bangsa yang menjadi pelaksana harian. Tentunya ini menjadi alasan yang kuat akibat kita melaksanakan pekerjaan yang konsepnya telah ditulis oleh orang-orang di luar bangsa kita. Masuk lagi dalam produksi pangan yang mana produksi beras kita sudah digoyang oleh beras thailand. Siapa lagi yang mengatakan pemilik sah negeri ini. Mungkin Taufik Ismail yang jelas mengatakannya dalam sajak-sajaknya.
Masihkah kita yang mengaku pemilik sah? Segala bentuk diri kita tak lagi punya cerminan diri. Kita berbaju tapi seperti telanjang. Tak pelak ini merupakan pukulan berat bagi bangsa manapun. Menjadi negeri yang kaya tradisi tapi tak pernah menjadi diri sendiri. Kita seperti Tikus yang akan mati di lumbung padi. Ya, jika tidak dengan segera membangun karakter bangsa. Hukum tidak pernah tegak berani menghukum mati untuk koruptor? Lantas kita akan akan terus menjadi pelaksana harian.
Kita bukan pemilik sah negeri ini. Kita tak bisa menjaga Sakai, Talang Mamak, Akit, Dayak, Anak Rimba dan suku-suku lainnya. Mereka yang sebenarnya memiliki negeri ini. Kita menumpang, sebab kita tak sekuat mereka yang mempertahankan tanahnya jika ada yang ingin membajak. Paham?

Komentar

Postingan Populer