QUALITY CULTURE
Dalam
kajian yang mendalam budaya manajemen mutu bisa diasosiasikan menjadi sebuah
budaya yang menuntut perubahan. Dengan perubahan maka jelas sudah sebuah roda
organisasi bisa berjalan dengan baik. Namun dalam pelaksanaan budaya mutu ini
sangat sulit untuk diaktifkan. Organisasi yang notabenenya sudah nyaman pada
suatu posisi, yang sebenarnya buruk pasti organisasi tersebut takut akan budaya
perubahan.
Budaya
mutu yang seharusnya dimiliki oleh organisasi mengandung rombongan pewarisan
sebuah kegiatan untuk membangun organisasi tersebut. Dalam dunia pendidikan
yang terus berkembang maka akan sangat mustahil jika sudah dipatokkan sebuah
manajemen atau aturan baku yang tidak akan berubah sampai kapan pun, tanpa
mempertimbangkan apa yang sebenarnya akan terjadi dalam organisasi tersebut.
Budaya
perubahan yang dilakukan untuk budaya mutu itu tentu harus memiliki
syarat-syarat berat yang akan membuat organisasi itu tertempah untuk maju lebih
baik di masa depan. Perubahan itu tidak akan terjadi pada lingkungan yang
bermusuhan, tidak kondusif. Akibatnya tentu saja banyak kendala yang akan
menghalangi peningkatan mutu sekolah tersebut. Ada pola-pola penghindaran dan
tidak sinkronnya komponen satu dengan lainnya. Sehingga bisa saja akan membuat
merebaknya masalah baru, tumpang tindih keadaaan serta hal lain yang tidak diinginkan.
Perubahan
juga memerlukan waktu. Perubahan tidak semudah membalikan telapak tangan
sehingga memerlukan waku singkat. Sebuah perubahan yang baik adalah it takes a several times, ia memerlukan
waktu. Dimana setiap waktu tersebut bisa dimaknai sebagai proses yang dialami
oleh organisasi tersebut untuk menjadi yang diinginkan. Tentu juga akan sangat
sulit untuk menentukan berapa waktu yang harus ditakar hingga mencapai tujuan
mutu yang disyaratkan. Secara tidak langsung, penggambarannya membutuhkan sebuah
kesabaran dan harus menikmati proses. Sebab akan sangat sulit untuk membuang
masa lalu, dalam membangun perubahan tersebut.
Mutu
yang baik akan ditentang oleh banyak hal, baik dari internal maupun eksternal
sehingga tingkat kesulitan dalam menggerus budaya-budaya lama yang masih sangat
konvensional di organisasi tersebut tentu merupakan pekerjaan besar. Menyoal
hal tersebut ada baiknya sebagai organisasi yang berkembang haruslah open minded. Membuka terhadap segala kemungkinan yang bisa terjadi dalam
mencapai budaya mutu itu sendiri.
Ada sebuah anekdot yang mengatakan
bahwa jika ingin kapal itu bisa melewati badai, bukan buatlah kapal yang kuat
dan bisa menghalau badai, tapi carilah nakhoda yang pas untuk bisa menghindari
badai. Dalam hal ini tentu saja kita dibawa pada sebuah pemikiran yang
mendasar. Penulis sendiri mengatakan bahwa sebuah perubahan harus dimulai dari
pemimpinnya. Bagaimana eloknya seorang pemimpin memimpin organisasi sehingga ia
mampu membawa organisasi tersebut menjalankan budaya mutu.
Pemimpin yang baik akan membawa
dampak yang besar bagi organisasi tersebut. Masih dalam dampak yang positif
tentunya. Pemimpin akan sangat intens melakukan gebrakan dengan
stimulus-stimulus baru yang tidak didapati oleh manajemen sebelumnya, sehingga
akan membawa sebuah rangkaian kinerja yang bagus sampai ke bawahannya. Inilah
yang dianggap juga sebagai salah satu faktor pendukung budaya mutu bisa
tersalurkan dengan baik.
Perubahan budaya mutu tentunya
berhasil dilakukan dengan baik andai saja kita tidak berlama-lama dengan sistem
yang amburadul. Organisasi yang baik harus paham betul dengan filosofi dan
tujuan organisasinya tersebut. Sinergi antara pengetahuan dan loyalitas itulah
yang tidak akan meninggalkan organisasi tersebut sehingga dalam hitungan waktu
akan mencapai sebuah perubahan besar dalam manajemen mutunya sendiri.
Lantas
bagaimana memfasilitasi perubahan? cukup dengan cara advokasi-advokasi dan
menyatukan paradigma/cara pandang dari seluruh komponen dalam organisasi
tersebut. Jika semua sudah seiring sejalan maka langkah yang diambil pun akan
mudah. Dengan demikian bisa dilanjutkan dengan langkah fokus serta mengerti dan
memahami hal-hal potensial dalam organisasi tersebut. Layaknya sebuah
organisasi yang akan maju di tahun ke depannya. Selain itu langkah lainnya
yaitu dengan melaksanakan perubahan rencana strategis. Isu-isu yang berkembang
dalam rencana strategis sehingga menimbulkan ruang-ruang baru untuk lebih
leluasa dalam mengembangkan organisasi.
Mutu
yang diinginkan oleh setiap sekolah sebenarnya akan tercapai jika perubahan itu
dilakukan dengan sedini mungkin. Penulis menganggap perlu ada orang-orang yang
dengan sengaja menceburkan diri dalam proses deteksi dini, kesalahan yang
dilakukan dan harus melakukan perubahan apa? Pola ini sirkular dan terhubung
antara komponennya.
Budaya
mutu selayaknya sudah bisa dimiliki oleh sekolah-sekolah. Andai kata setiap sekolah
sadar dengan pentingnya perubahan dalam manajemen itu sendiri. Sekolah-sekolah
akan dengan cepat melahirkan lulusan yang siap bertarung di era global. Mutu
merupakan hal yang penting untuk diwariskan dalam sebuah organisasi. Sebuah
organisasi yang baik tak boleh mementahkan yang namanya perubahan. setiap
perubahan adalah milik dari keputusan bersama, tidak ada keberpihakan yang
tunggal. Semuanya dibagi atas dasar sama-sama meningkatkan budaya mutu di
sekolah.
Budaya
mutu dengan pendekatan yang lebih simpel. Bisa dengan hati dan pikiran, tentu
saja tidak dengan gaya frontal yang malah akan membuat budaya mutu itu sendiri
dianggap barang aneh bagi penggunanya. Tidak, mutu disini adalah citra dan
kemampuan yang akan diasah terus menerus, sehingga mutu pulalah yang akan
berbicara pada tatanan masyarakat. Dalam lingkup ini wali murid merupakan
bagian akhir yang akan menikmati dari mutu tersebut lewat siswa peserta didik.
Dengan
budaya mutu maka sebuah organisasi akan berkembang pada titik kematangan dan
kemampuannya mengasah setiap bagian dari dirinya menuju yang lebih baik.
Komentar
Posting Komentar