EMPLOYEE EMPOWERMENT



Pemberdayaan karyawan merupakan sebuah gerakan dasar untuk memajukan organisasi. Dalam hal ini karyawan sebagai mesin organisasi yang menjalankan bagaimana dan kemana organisasi tersebut, pasang surutnya organisasi, selalu akan menjadi hal paling penting. Seorang manajer tidak akan berguna jika tidak mampu memberdayakan karyawannya dengan baik. Karyawan disini terdiri dari berbagai level dan komposisi. Tidak hanya mereka yang berada pada titik atas manajerial tapi juga hingga ke bagian paling bawah.
Karyawan memiliki semangat yang besar dalam pekerjaannya pasti akan membawa energi positif yang luar biasa bagi organisasi tersebut. Keterlibatan seluruh karyawan mestinya mampu membuka ruang dirinya daripada kemampuan normalnya dan tentu saja itu akan bergantung dengan bagaimana membuka ruang pemberdayaan karyawan itu sendiri. Karyawan tidak dianggap sebagai sesuatu yang kecil tapi sebagai potensi yang amata besar dan tidak bisa dikesampingkan.
Pemberdayaan karyawan difokuskan ke karyawan, tingkat terbawah dalam setiap organisasi. Jika dalam organisasi tradisional, karyawan tidak diperhitungkan dalam pembagian kekuasaan (power distribution), dengan pemberdayaan karyawan, kekuasaan justru digali dari dalam diri karyawan
Pemberdayaan karyawan adalah pemberian wewenang kepada karyawan untuk merencanakan, mengendalikan, dan membuat keputusan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa harus mendapatkan otorisasi secara eksplisit dari manajer di atasnya. Jika di dalam pendelegasian wewenang, kekuasaan diberikan oleh manajemen puncak kepada para manajer di bawahnya (bukan kepada karyawan), dalam pemberdayaan karyawan, kekuasaan digali dari dalam diri setiap karyawan melalui proses pemberdayaan karyawan (employee empowerment). Pemberian wewenang oleh manajemen kepada karyawan dilandasi oleh keberdayaan karyawan yang dihasilkan dari proses pemberdayaan yang dilaksanakan oleh manajemen terhadap karyawan.
Oleh karena pemberdayaan karyawan dilaksanakan dengan menggali potensi yang terdapat di dalam diri karyawan, maka pemberdayaan berarti pengembangan kekuasaan, bukan sekadar pendistribusian kekuasaan yang telah ada dan yang telah dimiliki oleh manajemen.Dengan kata lain, pemberdayaan karyawan memberikan keleluasaan kepada karyawan untuk melakukan perencanaan dan pengambilan keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Sedangkan pendelegasian wewenang memberikan  kekuasaan yang telah dimiliki oleh manajemen tingkat atas untuk didistribusikan ke manajemen di bawahnya.
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan pelepasan atau pembebasan, bukan pengendalian energi manusia sebagaimana yang dilaksanakan dalam pendelegasian wewenang.
Dalam pendelegasian wewenang, manajer tingkat atas memiliki wewenang karena posisinya (position-basedpower)dan kemudian mendelegasikan sebagian wewenangnya kepada manajer yang lebih rendah posisinya.Manajer yang lebih rendah ini juga menerima wewenang karena posisinya, sehingga dia pun memperoleh position-basedpower. Sedangkan di dalam pemberdayaan karyawan, karyawan memperoleh wewenang bukan berdasarkan posisinya, namun karena kinerjanya (performance-based power).Tanpa kinerja, karyawan tidak akan mampu menumbuhkan kepercayaan dalam diri manajemen, sehingga trust-based relationship tidak akan dapat terwujud
Dalam banyak hal boleh jadi pemberdayaan adalah suatu hal yang dirasa sulit oleh suatu organisasi.Pemberdayaan karyawan tentunya dapat menimbulkan suatu perubahan secara besar –besaran dalam struktur yang telah diterapkan selama ini. Organisasi harus bisa  menghilangkan kendala –kendala yang dapat mencegah macetnya pemberdayaan, seperti birokrasi yang bertele – tele serta pengambilan keputusan yang kurang pas.Sebuah pemberdayaan adalah upaya membongkar dan membangun kembali struktur suatu oraganisasi ataupun perusahaan mulai dari nol.
Pemberdayaan merupakan tantangan berat bagi para manajer dan supervisor. Karena mereka dilatih untuk memecahkan masalah dan memberikan keputusan. Semua pimpinan tentunya setuju bahwa sebuah pemberdayaan adalah vital bagi peningkatan efisiensi bisnis dan kualitas.Banyak diantara manajer mengkhawatirkan potensi pemberdayaan dapat menciptakan sebuah anarki dan mereka berupaya menciptakan batas – batas sebuah pemberdayaan. Terdapat anggapan bahwa sebuah pemberdayaan tidak akan dapat memecahkan sebuah masalah, atau pemberdayaan tidak akan dapat berjalan dalam setiap situasi. Dalam beberapa hal, pemberdayaan memang tidak cocok untuk diterapkan, para manajer telah menyadari hal tersebut.  Hingga tidak jarang jika manajer harus mengambil resiko dengan membiarkan orang – orangnya membuat keputusan.
Ketika sebuah organisasi mengalami sebuah perampingan dan orang – orang lini depan mengambil tanggung jawab besar, maka dalam hal ini yang akan cenderung menjadi pihak terdepak adalak manajer menengah. Namun sesungguhnya pemberdayaan tidak selalu mengancam eksistensi manajer dan supervisor, sebaliknya mereka semakin dibutuhkan oleh perusahaan yang diberdayakan, hanya saja peranan mereka harus berubah secara dinamis.
Seorang manajer yang memberdayakan harus menjadi seseorang konselor atau penasihat bagi tim dan individu – individu pada suatu perusahaan. Tugas manajer bukan dikaitkan dengan pemecahan masalah atau mencari jawaban – jawaban, melainkan tugas seorang manajer adalah membantu orang – orang memahami dengan jelas bagaimana mereka mengelola suatu situasi.Tugas manajer bukanlah memberikan perintah, namun mengartikulkasikan tujuan – tujuan atau visi bersama dan mendorrong karyawan untuk bersama – sama meraihnya.
Manajer harus mendefinisikan tujuan – tujuan tim dengan jelas dan memberikan umpan balik secara konstan. Penting bagi manajer untuk melakukan intervensi bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan. Manajer harus mempunyai perhatian pribadi dalam mengembangkan karir karyawan dengan jalan memastikan mereka mengetahui dan menyadari kesempatan – kesempatan dan mendorong mereka agar meraih kesempatan – kesempatan yang ada.
Pemberdayaan karyawan atau biasa disebut dengan employee empowerment, merupakan sebuah gagasan ideal yang memanusiakan manusia dalam arti yang sesunguhnya di dalam organisasi. Tak ada lagi garis komando birokrasi yang bertele-tele dan prosedur yang rumit. Semudah itukah idea pemberdayaan karyawan ini dapat direalisasi di semua organisasi? Bagi organisasi yang masih kovensioanal, membangun pemberdayaan bagi karyawaannya merupakan pekerjaan yang tidak mudah, bahkan dalam organisasi goverment yang memang disyaratkan adanya birokrasi yang ketat, tampak mustahil pemberdayaan karyawan ini dapat dibangun. Berdayakanlah karyawan dengan tepat.

Komentar

Postingan Populer