PUISI CATATAN GANJIL MEMBACA TANAH


Dari tanah kembali ke tanah 

Makhluk kecil mengintai pesta pora Corona bersyair di lingkar galaksi

Berkeliling dunia safari pada inang yang manusia

Dari air yang mengembara menuju luka-luka, menyapa tanah kering kerontang, menjamah sunyi di tengah padang
Ilalang hilang rupa, udara lenyap rasa, sungai kehidupan keruh pekat menyekat

Tak ada tanda nafas masih di dada, mulut berbusa-busa, langkah gontai menyeret menuju pengharapan palsu
Dari tanah kembali ke tanah

Kami terkurung di dalam rumah-rumah, sekolah tumbang jiwanya, kampus menutup pagar- pagar logika, rumah sakit penuh dengan dusta masker di muka

Kami menunggu kembali ke tanah, nomor antrian telah dipegang, keranda datang dengan jumlah ribuan, nafas satu-satu sesak di dada.

Kami merindu udara segar yang meranggas pintu rimba, mengelabui jagawana, menyahdu dan menyatu pada pencipta

Dari tanah kembali ke tanah

Kami bertanya pada Tuhan, langkah mana yang tidak takut neraka? Rumah sakit membabi buta, menjadi serakah, lupa adat, lesap istiadat 

Kami bertanya pada Tuhan, apakah ini azab atau sekadar ujian biasa?

Dalam doa yang sepenggal, seorang anak sesak, terbujur kaku kembali ke tanah Nomor urut sudah dibaca, kospirasi tertawa di media massa

Dari tanah kembali ke tanah

Semua tak bergeming, wajah-wajah lucu dan lugu termangu dalam layar kaca Surat kabar dipenuhi ucapan duka cita, konspirasi jumawa di kaki langit Apakah kami akan mati diliput fakta atau justru propaganda?

Kami bertanya pada dinding-dinding legislasi, jendela para wali, ventilasi para bupati. Semua sepakat memakai dasi dan menyanyikan lagu bisu setiap hari

Bersenandung aubade undang-undang erupsi kapitalisasi Menunggu rakyatnya mati dan kembali korupsi

Dari tanah kembali ke tanah

Dari ketiadaan kami kembali ke tanah

Dari raungan dalam rahim kami kembali ke tanah Dari bisu yang biadab kami kembali ke tanah

Dari hati paling dalam, kuburkan corona di dalam tanah

Tanah mulia tanah tak berdosa, hutan bahagia bayi-bayi menangis gembira. Tanahku, tanah kita, tanah bayi-bayi manusia

Di atas tanah ketuban pecah, lahirlah anak manusia Tak takut Corona, Tak resah dunia

Pekanbaru, 2020

Komentar

Postingan Populer