Menyibak rahasia Stand-up comedy

Beberapa waktu ini kita dikejutkan dengan sebuah seni pertunjukan yang bisa dikategorikan unik. Bayangkan saja, dalam waktu sekejap bisa mencapai posisi paling atas untuk difavoritkan. Stand-up comedy, begitu beberapa orang memanggilnya sebagai bentuk seni pertunjukan yang mampu menarik kembali gairah komedi di negeri ini. Bisa dilihat dalam model dan kemasan yang dibawakannya mengalahkan komedi situasi yang sebelumnya sangat marak di layar kaca. Stand-up comedy semakin melatah hingga ke daerah-daerah, di kafe-kafe hingga layar kaca.
Namun masih belum jelas bentuk Stand-up comedy ini. Jika diterjemahkan secara kasar itu berarti komedi yang dibawakan secara berdiri dan memang itulah yang terjadi. Komedi yang dimainkan oleh seorang comic (sebutan bagi seorang Stand-up comedy) mengedepankan konsep monolog yang kita kenal sebagai penguasaan oleh diri sendiri. Teks-teks verbal yang dinarasikan pada Stand-up comedy sebenarnya sangatlah verbal sehingga terlihat biasa. Ada sisi lain yang mengedepankan Stand-up comedy dibandingkan konsep monolog lainnya. Dalam pembuatan bahan lawakannya, comic harus memiliki sesuatu yang intelektual karena dari sudut itulah pertunjukan ini bisa dinikmati.
Stand-up comedy memang sangat unik, dalam waktu beberapa bulan ia bisa topik yang paling popular di kalangan kawula muda. Hal ini sebenarnya patut dijadikan pertanyaan besar ataupun sebuah jawaban dari kemandekan seni pertunjukan saat ini. Dengan modal kasus dan riset yang intelektual untuk kemudian diaplikasikan dalam hubungannya kepada penonton. Biasanya sang comic akan melakukan one man show, melemparkan lelucon melalui monolog atau statement dalam satu kalimat yang mengandung humor. Komedian di jalur ini biasanya menulis skrip lawakannya untuk tampil dalam 20-45 menit. Kadang-kadang mereka memakai alat bantu untuk menyampaikan lelucon mereka. Meskipun stand-up comedy, pelawak ngga harus terus menerus berdiri, beberapa pelawak menyampaikan sambil duduk seperti sedang bercerita pada kita
Sejarah Stand-up comedy
Stand-up comedy adalah seni melawak (komedi) yang disampaikan di depan penonton secara live. Sang komedian biasanya tampil beberapa menit. Sejarah stand-up comedy dimulai sejak abad 18 di Eropa dan Amerika. Dalam sejarahnya perkembangan stand up comedy juga ditemui di berbagai benua. Di dunia, terutama di Amerika Serikat, stand-up comedy sudah berlangsung sejak lama. Ada yang menyebutkan sudah ada sejak abad ke-18. Makin berkembang di tahun 1960-an. Salah satu bintangnya yang cukup kontroversial adalah Lenny Bruce. Lenny Bruce adalah nama panggung. Nama aslinya adalah Leonard Alfred Schneider, anak keturunan Yahudi yang lahir di Mineola, New York. Namun kehidupannya berantakan karena orangtuanya bercerai saat ia masih berusia lima tahun. Sejak itu ia dibesarkan oleh sejumlah kerabat yang mau mengurusnya. Ibunya, Sall Marr adalah artis panggung yang kelak mempengaruhi karier Bruce sebagai komedian.
Sebelum menekuni dunia stand-up comedy itu, Lenny Bruce masuk tentara dan pernah ditugaskan di Eropa. Namun ia tetap ingin mengembangkan bakatnya melawak. Niat itu makin kuat ketika ia kembali ke New York. Akan tetapi ia kesulitan untuk melakukan diferensiasi agar lawakannya berbeda dengan pelawak lain yang menjamur saat itu. Pada pertengahan tahun 1940-an ia bertemu komedian ternama Joe Ancis. Dari dialah ia banyak belajar.Ia dikenal dengan lawakannya yang kritis. Dari sanalah ia dianggap sebagai komedian yang mengantarkan kritik sosial dan ceita-cerita satir.
Stand-up Comedy Indonesia
Pada masa ini dunia seni pertunjukan Indonesia mengalami masa transisi dimana mereka mulai meninggalkan kebiasaan lama yang mana komedi itu hanya bisa dihasilkan dari slapstick kini mulai diubah dengan teks verbal yang jelas. Awal mula stand-up comedy di Indonesia dibuka oleh salah satu stasiun televisi swasta ibukota yang mencari pesertanya ke kota-kota besar. Model penjaringan peserta yang tanpa batasan ini yang membuat stand-up comedy makin digandrungi. Banyak dari peserta berpikir bahwa mereka berasal dari semua profesi dan kalangan namun mereka bisa menjebak tawa dengan siapa saja berdasarkan racikan komedi mereka. Stand-up comedy tidak mengenal profesi sehingga semua peserta bisa dipastikan bukan hanya dari seseorang yang memang belajar dan paham betul arti monolog.
Sebuah manifesto yang besar memang dengan memberanikan memasukkan stand-up comedy dalam dunia seni pertunjukan di negeri ini. Terbukti banyak tercipta comic-comic yang sebelumnya tidak kita kenal. Kebanyakan dari mereka berusia belia dan masih perlu banyak riset lagi dalam pengembangan komedinya. Lihat saja Panji Pragiwaksono dan Raditya Dika yang langsung meroket namanya dengan lelucon Stand-up comedy.
Melihat stand-up comedy yang semakin lama semakin populer, ada pesan yang terbetik. Apalagi melihat gembar-gembor media yang menjadi wahana penyaluran stand-up comedy ini. Ini tidak lebih dari sebuah perjudian indutri agar pangsa tak lari dari dunia hiburan. Memang masalah hiburan cukup sulit ditemukan dalam bentuk dialog seperti stand-up comedy ini yang memang dipikirkan matang-matang. Kebimbangan fenomena ini hanya sekilas saja terus membayangi sebab jika ini dilakukan terus menerus namun tanpa inovasi disana-sini mungkin umurnya singkat. Memasukkan unsur tradisi dalam Stand-up comedy mungkin salah satu jalan yang tepat jika ingin umur seni pertunjukan ini lama.
Unsur tradisi yang diangkat harus digali sedalam-dalamnya. Namun itu semua bergantung pada comic yang akan lahir kelak. Stand-up comedy tidak mengenal profesi sehingga banyak lawakan berasal dari empiris latar belakang lingkup kerja mereka. Semoga saja Stand-up comedy semakin membuat kita muda.

Komentar

Postingan Populer