Puisi-puisi Hipokrit Asap karya Rian Kurniawan Harahap



Hipokrit Asap

Setiap pagi kami sarapan asap,
Aku, istriku, anakku beserta mertuaku dengan semangat sarapan asap,
Aku sudah katakan, sarapan tak boleh menambah porsi,
Tapi mereka semakin senang dengan asap
Bahkan anak bungsuku membawa bekal asap untuk pergi sekolah
Disana ia akan membagikan bekal asap yang dibawanya untuk sahabatnya yang belum makan asap
Saat itu knalpot mobilku tak punya asap
Ia hilang dalam sarapan asap berjamaah kami
Aku juga katakan pada pembantuku untuk memasak makan malam asap
Bisa ditaburi dengan madu asap, atau keju asap
Apapun itu agar kami semakin kenyang dengan asap

Di TV pagi ilmuwan menemukan asap adalah cadangan terakhir makanan di bumi
Jika bumi bertabrakan dengan mars maka asap adalah penyelamat pangan manusia
Aku juga bawa asap di lampu merah, kuantar istriku dengan guru asap
Kumasuki kantorku dengan semua karyawan berbau asap
Kami semakin akrab dengan asap
Foto-foto gubernur dan walikota makin indah dengan asap.

Anak-anak belajar matematika asap, bahasa asap dan perkembangbiakan asap
Asap datang tiap waktu, menjenguk kami
Ia datang tak mau pulang, begitulah setia asap

Di jalan-jalan orang-orang selfie dengan asap
Orang-orang sibuk mengumpat asap
Padahal umpatan itu tak akan didengar asap
Karena asap sudah lama hidup di tengah-tengah orang-orang
Banyak merasa jadi pakar lingkungan, merasa tahu apa itu asap
Padahal pakar negara saja sedang sibuk menakar rupiah yang juga hampir dimakan asap

Aku tak sabar menunggu makan asap,
semoga malam ini ada dendeng asap,
Aku akan mengundang tetangga makan asap
Kuundang cik Ramli dan koko Sen.
Mereka memang tak makan asap, tapi paling tidak mereka tahu kalau kami makan asap.

September, 2015

Di Negeri para Pengecut

Di negeri para pengecut
nyawa hilang lebih penting dari tambang yang susut
kepulan-kepulan kenistaan membumbung di dangkalnya sungai surut
langit terus kusut, selembar awan menertawai hujan di tengah kabut
wajah-wajah dilupakan, ditutup malam-malam sunyi di kota mati
pada tenung mantra ada butiran rambut-rambut
meluruh rajam hingga ke tanah gambut

Di negeri para pengecut
anak-anak kembali, dari atas awan pulang ke bumi tanpa arahan
pulang ke rumah tanpa pintu dan jendela
anak-anak diparut dalam dilema angka-angka
dipapah persis seperti manula dalam sangkar belia
terlunta-lunta di teras seperti orang gila

Di negeri para pengecut
sepasang merpati terbang ke surga
menerobos duka di sarang luka
berkabar tentang adam dan hawa
tak hendak pulang menunggu pelangi tiba
Di negeri para pengecut
pantang darah untuk surut
berteriak lantang demi tambang
mesti nyawa melayang digagang
oh, wahai tulang belulang ditinggal dekapan dalam makam
menangis janda hingga petang, orang-orang pulang
oktober, 2015

Mak, Aku Pulang

Pagi kutemu kabut
Mak bilang, jangan tantang nanti kau padam
jika nak melawan datanglah ke ceruk hutan
disana ada kepulan yang siap ditukarkan dengan jajan recehan
barulah kau bawa pulang dan sakukan

oktober, 2015

Komentar

Postingan Populer