Komunitas Jejak Langkah

Pekanbaru merupakan jantung kesenian di Kota Pekanbaru.  Hal ini menjadi pemicu jiwa-jiwa muda yang mendiami kota tersebut cenderung apatis terhadap pragmatis di kalangan masyarakat. Jiwa-jiwa juda tersebut lalu bersepakat untuk menempuh jalan baru lewat sebuah komunitas kesenian. Komunitas yang menjadi ladang untuk menempa dan memantapkan kesenian di Kota Pekanbaru. Mereka hadir dengan sebuah nama Komunitas Jejak Langkah. 

Komunitas Jejak Langkah merupakan Komunitas Pemuda dan Kesenian berdiri diawal tahun 2020, tidak hanya bekerja atau berproses untuk penciptaan dan pengkaryaan saja, tapi juga bergerak dalam bidang pendidikan berbasis seni dan budaya. Kerja-kerja kesenian kami juga didukung oleh mitra atau jejaring di wilayah Kota Pekanbaru, Riau, dan beberapa kota di Indonesia baik itu lintas komunitas, media seni dan individu. Komunitas ini dibentuk dari sebuah kegelisahan yang awalnya dari Pendidikan Kesenian dan Karya Kolektif Seni Pertunjukan di kota Pekanbaru yang cenderung kurang bergairah dalam proses dan pengkaryaan. Terdiri dari beberapa pekerja seni dari berbagai latar belakang seni berbeda yang secara intens telah mementaskan karya-karya mereka di beberapa wilayah kota di tanah air maupun mancanagara baik bersifat kompetisi,  festival atau pergelaran.  Hadir sebagai sebuah ruang ekspresi dan apresiasi seni bagi kehadiran proses-proses baru yang menggairahkan melalui pertunjukan teater, rupa, tari dan musik dengan spirit belajar sepanjang hayat.  Komunitas ini juga diresmikan tepat 2 Februari 2020, namun anggota-anggota didalamnya meliputi pelaku seni/individu yang telah lama menggeluti dunia seni di Kota Pekanbaru yang telah memiliki nama di wilayah ini dengan karya-karya mereka.

Pendiri

Rian Kurniawan Harahap, S.Pd., M.Pd., Gr
Lahir di Pekanbaru, 5 Juli 1989, adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi cerpen, dan esai yang dipublikasikan di sejumlah surat kabar, dan terangkum dalam berbagai antologi. Berbagai penghargaan dan prestasi telah diraihnya di antaranya Anugerah Penulis Naskah Terbaik 3 dalam Festival Sastra Sungai Jantan Kabupaten Siak pada tahun 2019, peraih naskah puisi terbaik 1 dalam lomba menulis guru nasional yang ditaja Universitas Islam Riau pada tahun 2019, peraih terbaik 2 lomba naskah drama dalam festival sastra yang ditaja Fakultas Ilmu Budaya UGM. Naskah populer yang sering dipentaskan oleh berbagai kelompok teater di Indonesia adalah perempuan obrak-abrik. Dia juga aktif menulis cerpen dan dimuat di berbagai surat kabar. Terlibat banyak pementasan sejak 2010 hingga kini di berbagai kota di Provinsi Riau.


Ahmadi Satria, S.Si., M.Pd.
Lahir di Duri, 20 November 1992, adalah seorang seniman olahraga yang berkecimpung didunia perteateran, memulai karir perteateran semenjak bangku SMA bersama komunitas Rentak Seni Anak Mandau (RESAM) pada tahun 2009 pernah menjadi aktor dalam ajang Festival Teater Remaja Kabupaten Bengkalis dalam naskah Niou Coundung karya Heri Budiman. Kemudian berlanjut pada tahun 2010 kembali menjadi aktor  di ajang helatan Festival Teater Remaja Bengkalis dengan naskah Ketika iblis menikahi seorang perempuan. Pada tahun 2011 meninggalkan kota kelahiran untuk menuntut ilmu di Ranah Minang, berkuliah di Universitas Negeri Padang, pada tahun yang sama masuk Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu Unit Kegiatan Kesenian ( UKKES ) UNP mengambil bidang Teater. Pernah menjadi aktor dalam naskah orang-orang sawah dalam acara Apresiasi Seni yang di lakukan UKKES UNP. Tahun 2012 menjadi aktor dalam festival Alek Teater Sumatera Barat dengan naskah Matahari disebuah jalan kecil. Menjadi delegasi UKKES UNP dalam ajang Temu Teman Teater Nusantara di Purwokerto. Tahun 2013 menjadi sutradara dalam acara Hari teater Sedunia dengan naskah Beranak Anjing, karya Rori Rusdji. Kemudian menjadi aktor  dalam helatan Tamadun Melayu 1 se Dunia di Kepulauan Riau  mewakili Provinsi Sumatera Barat dengan naskah Hangtuah dan Hang Jebat. Sudah beberapa kali ikut workshop perteateran baik tingkat provinsi maupun nasional. Setelah menyelesaikan studi di Ranah minang kembali ke provinsi kelahiran. Tahun 2017 menyutradarai naskah Dialog Arwah karya Ana Seha di Ajungan Seni  Idrus Tin-tin dalam acara Kenduri Teater Tradisi. Setelah itu menjadi aktor dalam garapan naskah Enigma Minyak pada ajang Panggung Seni Kreatif Provinsi Riau. Dia juga aktif menulis berita di berita online dan terlibat banyak pementasan diberbagai kota.


Nur Guntur Darusman, S.Pd.
Lahir di Sukabumi, 27 september 1995, adalah seniman  lukis juga teater. Memulai berkarya di bidang lukis semenjak 2007 masuk dalam komunitas (ARTLING) dan (Jamiatul Khatatiin) di Pesantren Assalam Sukabumi, di tahun 2011 ia menjadi Ketua Komunitas Artling, ia juga seorang  penggagas Study banding seni lukis dan kaligrafi Komunitas (ARTLING) dan (Jamiatul Khatatiin) ke LEMKA (Lembaga Kaligrafi Al-quran) dan itu menjadi kegiatan yang turun- temurun.ia  terus mengembangkan kreatifitas lukisnya hingga berbagai karya lukis dicobanya mulai dari aliran moindy, Abttrak juga kontemporer,  Beberapa karya lukisnya pernah menjadi juara 1 lomba Garfity Se-Jawa Barat, juara 1 lukis PEKSIMIKA di UIN SUSKA Riau, juara 3 lukis PEKSIMIDA Riau dan beberapa karya lukis yang masuk dalam pameran- pameran, salah satu pameran lukisannya di Ulang tahun Sanggar Latah Tuah ke-22 Labirin Seni ia juga salah satu penggagas acaranya. Juga bergabung dalam Sanggar Latah Tuah (SLT) juga menjadi ketua bidang seni rupa selama 3 tahun berturut-turut. Dalam sanggar tersebut juga ia  mengikuti pementasan-pementasan teater, teater bangsawan, realis atau pun yang suryalis. Beberapa kali menyutradarai pementasan. Seperti mementaskan naskah teater BONO DAN GAGAK pada event Pekan Tetaer Mahasiswa Nasional (PTMN)oleh UKM BATRA ke-7, naskah Pasung Sungsang Pada event Pekan Teater Mahasiswa Nasional (PTMN) oleh UKM BATRA ke-8, naskah Di dalam kepalanya ada sebelah pisau kemunafikan di pentaskan pada ajang TEMU TEATER MAHASISWA Nusantara (TEMU TEMAN) ke-16 Di Padang dan beberapa pementasan lainnya. Pernah juga mengikuti tour pentas teater keliling di Medan, Aceh, Jambi, Rengat, dan Tembilahan. Hingga saat ini masih gemar mengikuti kegiatan Teater dan masih berkarya menggoreskan tintanya menjadi karya lukis yang indah nan menarik.

Komentar

Postingan Populer