Menjadi Guru Inspiratif (Memaknai Hari Guru)

Tak usah dihitung memasuki tahun keberapa peringatan hari guru tahun ini. Layaknya hari lainnya, guru-guru sibuk berselebrasi menjadi seorang yang diagungkan pada hari itu. Larut dalam hiruk pikuk gemerlapnya kegembiraan dan menepiskan kesedihan. Guru diangkat menjadi manusia paling perlu untuk dimintai maaf. Sah saja peringatan ini dilakukan di sekolah-sekolah. Murid memberikan apresiasi, berupa bunga, coklat atau bahkan telepon genggam baru, itu sah saja. Keberadaan Guru sangat penting bagi pertumbuhan siswa di sekolah. Tulang punggung sekolah bukan satpam, tenaga kependidikan atau kepala sekolah. Logikanya tulang punggung sekolah adalah guru. 

Berbicara tentang hal apa yang paling patut dimaknai pada hari ini adalah bagian 'urgent' mana yang perlu dikupas dari guru itu sendiri. Hari ini boleh saja kita larut dalam kegembiraan dan pemaknaan mulitafsir. Namun, ada hal yang perlu diingat besok sudah harus masuk dan mengajar kembali. Adakah yang berubah setelah Anda (Guru) memaknai dan menyelebrasikan hari milad tersebut. Banyak mengatakan tidak, mereka hanya merasakan kegembiraan sesaat, atau menyudahi kontrak memperbaiki diri dengan momen tersebut.

Begini, hari guru adalah momen sakral yang dimiliki guru untuk melakukan autocritics dalam profesinya. Guru sebagai salah satu pekerjaan yang diakui sebagai profesi selain dokter dan insinyur. Maka sejatinya guru harus menaikkan posisi pengajarannya sembari menikmati milad hari guru. Untuk lebih mudah dicerna, saya pakai istilah upgrade, inilah yang mesti ditatar. Mau menjadi guru seperti apa?

Guru Indonesia di negeri akan bekerja sampai pukul 13.00 atau di swasta bisa sampai pukul 16.00. Lantas apa saja yang diberi kepada siswa. Wajah pendidikan kita ditentukan oleh guru. Tak perlu mencontoh Finlandia yang tak memberi PR bagi siswanya, atau pendidikan karakter di Jepang yang sebenarnya jauh hari sudah kita lakukan. Ada bagian penting yang perlu didobrak oleh alumni sarjana kependidikan. Hal itu adalah inspirasi. 

Terang saja, menjadi seorang guru baik bukan hanya mengajarkan teori dan lulus mendapatkan nilai tinggi. Jika pikiran pragmatis itu masih mengekor di kepala masing-masing guru. Pendidikan Indonesia akan terus berkaca pada cermin yang retak. Memaknai hari guru dengan mengubah pola mengajar yang cenderung monoton. Guru yang hanya menjelaskan materi lalu kabur pergi jauh dari siswanya.

Saat ini guru seperti itu sudah terlalu banyak. Ada satu tipikal guru yang sangat sulit untuk ditemui. Ialah guru sebagai sumber inspirasi, pemantik inspirasi. Notabenenya Guru memang harus menginspirasi, sebab dia sedang membangun cita-cita untuk siswanya. Membangun kecakapan hidup, membangun kehidupan lewat kerangka mendongeng. Saat itulah guru benar-benar menjadi inspirasi. Kalau saja ia mengajarkan teori matematika dan selesai, maka karakter yang didapatkan siswa adalah hanya bisa menghitung, fasih menghapal. Lantas dimana kesalahannya? gurunya tak pernah bercerita, mendongengkan inspirasi kelak jika matematika ini dipakai bukan untuk bekerja mencari uang, tapi juga untuk menolong. Mendermakan ilmu bagi mereka yang kurang fasih. Guru ajarkan biologi sehingga siswanya pandai dan menjadi dokter, tapi gurunya lupa menginspirasi untuk menjadi dokter bagi orang miskin. Suntik tak perlu dibayar, cukup berterimakasih atau menjadi pengacara yang memilih kasus, jangan membela yang bayar.

Negara ini bukan krisis pengetahuan, tapi krisis inspirasi. Kalau saja pengetahuan ingin dicari semua bisa dimasukkan dalam sebuah flashdisk dari google tapi untuk masalah inspirasi guru punya cara yang berbeda. Guru akan menceritakan empirismenya dalam memaknai hari guru. Ia akan tawarkan opsi-opsi dalam menunjukkan kegamangannya melihat siswanya, melihat masa depan negara ini yang semakin kotor. Negara yang persis seperti panggung opera, setiap aktor berganti atau setiap protagonis akan kalah dengan antagonis. Kemirisan ini selayaknya menjadi guru untuk bisa menginspirasi siswanya. Bahwasanya profesi itu bukan hanya dokter, seorang pemerhati lingkungan hidup juga profesi, atau seorang supir juga manusia. Jadi ada pendalaman karakter untuk meneguhkan siswa tersebut tamat dengan kecakapan inspirasi. Inspirasi hanya ada pada guru yang tanggap lingkungan, paham situasi politik dan beragama. 

Jadi mau menjadi guru insipiratif atau primitif?

Komentar

Postingan Populer