Manusia itu Bernama Guru Abad 21
Hal ini berkaitan dengan Keterampilan abad 21
atau Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Hal itu sudah biasa terdengar dalam
seminar publik bahkan terus didengungkan
oleh pemerintah. Mengapa? Tentu saja berkaitan dengan pemanfaatan teknologi. Arus
informasi dan komunikasi yang begitu cepat seharusnya diimbangi dengan melek
internet dan gawai yang dimiliki oleh seorang guru. Sehingga tidak ada lagi
pemahaman bahwa guru yang hidup saat ini “tertinggal di masa lalu”.
Guru mesti berubah sesuai dengan
karakteristik peserta didiknya. Dalam hal ini, peserta didik sudah jauh
berkembang meloncat jauh di depan gurunya. Mereka yang dikenal sebagai generasi
Z dan Alpha. Mereka adalah generasi terkini yang hidup berdampingan dengan
teknologi. Apalagi saat pandemi Covid 19
saat ini. Kemampuan mereka dalam menggunakan gawai tersebut sangat berguna.
Dampaknya adalah mereka senantiasa
mampu mengimbangi apa yang disampaikan oleh gurunya. Kecuali, dengan guru yang
masih tertinggal dengan pola konvensional.
Adapun unsur fundamental yang perlu dikaji menurut
Trilling dan Fadel yaitu Partnertship 21st Century Skill atau sering
disebut pelangi keterampilan abad 21, yaitu:
1. Life and Career Skills (Keterampilan
Hidup, Mampu berpikir, Fleksibilitas, Adaptibilitas, Inisiatif, Interaksi
sosial dan budaya). Pada poin ini peserta didik akan berfokus pada hal apa-apa
saja yang membuat dia bisa terampil dan memiliki skill yang berguna dalam
kehidupannya. Dalam hal ini keterampilan menjadi bagian fundamental sebab kedepannya
keterampilan adalah hal yang dilihat dalam dunia kerja. Bukan apa yang tertera
dalam ijazah. Apa yang bisa dibuat secara konkret. Selain itu, kemampuan
interaksi dan adaptasi pada budaya kerja menjadi poin penting. Peserta didik
abad 21 mesti mampu mengambil peran dalam fleksibilitas dan inisiatif.
2. Learning and Innovation Skill
(Communication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity). Poin ini
menjelaskan bagaimana kemampuan menalar, berkomunikasi, berkolaborasi. Hal ini
menunjukkan kemampuannya dalam memberikan pikiran dalam sebuah kelompok, dimana
pun itu. Pemberlajaran abad 21 mengharuskan seorang peserta didik siap
berinovasi, memberikan pendapat dan menjadi pemimpin di masa yang akan datang.
3. Information, Media and Technology Skilss.
Poin ini berhubungan dengan kecenderungan
mereka memanfaatkan media sebagai platform
pembelajaran. Peserta didik tidak hanya menggunakan gawainya sebagai gaming, social media, dan lainnya. Gawai
digunakan dengan pemanfaatan secara utuh untuk menunjang pembelajaran yang
bertumpu pada teknologi dan digitalisasi. Kecepatan informasi yang hitungan
detik mestinya bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari pembelajaran. Arus
informasi dan materi ajar akan masuk kapan saja dan dimana saja. Akses yang
tidak terbatas.
Maka mau tidak mau, untuk menjadi seorang
guru abad ke-21 tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kemauan yang
keras serta terus memperdalam pengetahuan tentang teknologi. UNESCO
merekomendasikan empat pilar dalam bidang pendidikan, yaitu:
1. Learning to know (belajar untuk mengetahui)
2. Learning to do (belajar melakukan atau
mengerjakan)
3. Learning to live together (belajar untuk hidup
bersama)
4. Learning to be (belajar untuk
menjadi/mengembangkan diri sendiri)
"Manusia
tidak bisa mengajarkan sesuatu sekehendak hatinya, manusia tidak bisa
mengajarkan apa yang tidak dimilikinya, manusia hanya bisa mengajarkan apa yang
ada padanya,"
Maka
guru dalam hal ini punya peran penting yang mestinya kita kaji. Keilmuan yang
ia miliki mesti disampaikan dengan efektif, tepat sasaran dan ringkas. Tentu
saja hal ini bisa dilakukan jika pembelajaran tersebut ditopang dengan platform mengajar yang baik pula. Ada
banyak platform digital pembelajaran
di dunia pendidikan. Namun, memilih yang sesuai tentunya merupakan sebuah
proses yang memerlukan analisis mendalam.
Hal
ini berkaitan dengan utility dan resources yang dimiliki masyarakat
sekolah tersebut. Fokusnya adalah guru, sehingga guru bisa berkontribusi besar
dalam pembelajaran abad 21 pada siswanya.
Bahwa
sejatinya, hingga saat ini telah terjadi learning loss pada pembelajaran kita,
apalagi semenjak pandemi dua tahun belakangan, hasilnya 30 persen kehilangan
kemampuan membaca, 50 persen kehilangan kemampuan aritmatika. Selain itu, PISA
atau Program Penilaian Pelajar Internasional saat ini Indonesia berada pada urutan 74 dari 79 negara dengan rata-rata skor
371. Hasil penelitian RISE terhadap 2.449 guru SD. Sekitar 12,43 persen mampu
literasi baca tulis dan 21,27 persen mampu numerasi.
Data di
atas menunjukkan bahwa guru harus mulai mengubah pola belajarnya yang
konvensional. Menunjukkan bahwa pembelajaran abad 21 itu adalah pembelajaran
yang menyenangkan. Saat itu pula guru akan tumbuh dan berkembang mengikuti
zaman. Digitalisasi dan teknologi adalah sesuatu yang dinamis, begitu juga
guru. Bergeraklah guru, menuju manusia baru. Manusia itu Bernama Guru Abad 21.
Komentar
Posting Komentar