Suku Teater Riau Pukau 1200 penonton di Pekanbaru



(Pekanbaru, Maret) 
Suku Teater Riau sukses pentaskan sebuah pertunjukan yang dahsyat pada 22-24 Februari 2018 di Anjungan Seni Idrus Tintin Pekanbaru. Dengan durasi yang memakan waktu 60 menit. Penonton sengaja dibawa ingatannya pada sebuah memori tentang mitos 'Dilanggar Todak' yang menyerang Singapura. Namun pertunjukan ini tidak serta merta menunjukkan bahwa itu terjadi di Singapura atau Temasek. Hanya ada instalasi kapal dan artistik ikan todak yang artifisial. Seolah-olah pertunjukan ini memang berangkat dari lautan. Dibalik kisruhnya kerajaan akan serangan ikan todak dari langit. 

Diawali dengan masuknya beberapa perempuan yang menari dengan baju tradisional melayu, seakan ini adalah simbol bahwa wajah pertunjukan ini dihadapkan pada dimensi waktu. Waktu yang berulang dari zaman dahulu hingga kini. Todak itu masih ada dan terus menyerang manusia dalam dekade demi dekade. Lalu muncullah lima pria yang bertelanjang dada dengan kilatan di tubuhnya berlari panik memenuhi panggung, lalu membuat lingkaran. Mereka selalu mengatakan Todak, Todak dan Todak. Ada konflik di dalam batin mereka. Apakah Todak sudah mati atau masih hidup? 


Orang-orang itu memandangi ke atas dan tertuju pada jaring yang menggantung di sisi atas panggung. Seolah mereka sedang menunggu serangan Todak andai saja datang dari langit dan sesekali melihat ke sekitar seandainya Todak itu terbang menyerang dari lautan lepas. Orang-orang itu bingung dan tak mampu menahan konflik yang ada di dalam kepala mereka. Seorang aktor  akhirnya melepaskan diri dari lingkaran dan melakukan monolog yang cukup lama. Aktor tersebut dipercayakan kepada Rian Harahap. Lantas aktor laki-laki itu pun menipu semua aktor yang ada di atas panggung seolah-olah Todak menyerang, sehingga ia bisa meraih jaring yang ada di atas tersebut. 

Secara pertunjukan sutradara menghadirkan seorang anak laki-laki yang diduga menyelamatkan kerajaan dari Todak yang menyerang. Setelah dengan berbagai macam konflik yang terjadi di istana dan menunjukkan kepada sultan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang ada dan tak bisa dilenyapkan. Nilai-nilai kebaikan itu digambarkan oleh seorang perempuan hamil yang datang disela kelompok perempuan-perempuan Suku Sapu dan Suku Pisang. Ini sebagai simbol bahwa kebaikan itu akan lahir mesti kejahatan itu terus ingin melenyapkannya dari muka bumi.

Secara keseluruhan Marhalim Zaini sebagai sutradara ingin menyampaikan kegelisahan yang sedang terjadi pada kehidupan kita saat ini. Penguasa yang sibuk dengan marwah untuk meraih jabatan dan kekuasaan. Suku Teater Riau telah berhasil memukan 1200 penonton di Kota Pekanbaru. Adapun siswa, mahasiswa, seniman dan masyarakat umum merasa bahwa pertunjukan Dilanggar Todak membawa aroma baru dalam pertunjukan teater di Riau. Suku Teater Riau dibentuk pada tahun 2017 oleh beberapa seniman di Provinsi Riau antara lain,  Marhalim Zaini, Husin, Rian Harahap, Leman, Adly Bektu, Joni, Anju Zasdar, Baharsyah, dll.

Komentar

Postingan Populer