Letter to Hugo Chavez
Dear Hugo Chavez,
Barangkali anda terkejut
dengan kedatangan surat saya ini. Saya bisa menebak, saat anda menerima surat
saya ini pasti sedang dalam kondisi yang serius. Bisa saja malaikat sedang
bertanya siapa Tuhan anda, agama anda dan siapa anda ketika hidup di atas
dunia. Saya mohon maaf jika surat ini datang di waktu yang tidak tepat, akan
tetapi surat ini sangat penting dan rahasia. Cukup antara saya dan anda yang
mengetahuinya.
Sebenarnya tidak banyak yang
saya ingin sampaikan pada anda. Perihal kedukaan orang-orang yang sekarang
sangat mendunia. Tidak ada yang melewatkan wajah anda dalam berita televise atau
bahkan media cetak. Di sosial media, semua penuh dengan karikatur dan wajah
anda ketika masih di atas dunia. Saat ini saya hanya ingin menanyakan kembali,
sudikah anda datang kembali ke dunia. Cuma jika itu terjadi janganlah
bereinkarnasi di Venezuela. Siapa yang tidak kenal anda di Venezuela, bisa-bisa
seisi Caracas akan heboh dengan kedatangan anda esok pagi. Permintaan saya dan
mewakili beberapa hati nurani, hanya anda terlahir sebagai warga negara
Indonesia.
Bukan permintaan main-main
saya mengatakan ini. pasalnya sudah jelas, anda sebagai sosialis sejati yang
bisa diangkat menjadi bapak Sosialis di Indonesia. Negeri kami sudah begitu
hancur dengan segalam macam tetk bengek dan tak pernah beranjak dari golongan
bangsa yang terpuruk. Disini tidak ada pejabat yang berangi menggunakan
rasionalnya untuk berpikir. Adalah sebuah rasional jika tidak melakukan
tindakan rasional. Disini rakyat masih banyak yang makan nasi aking, tinggal di
bantaran pinggir sungai dan beberapa masih berselimut embun jika malam. Negeri yang
paling sempurna setelah Brazil ini memeiliki vegetasi yang luar biasa. Sehingga
perusahaan asing yang kau campakkan di Venezuela berani bermain api disini.
Mereka dengan gagah menyatroni wajah-wajah minyak bumi negeri ini, lain lagi
dengan tambang emas, timah dan batubara. Semuanya dimiliki oleh asing. Kapitalis-kapitalis
yang bersantai menghisap cerutu kuba di kediaman mewahnya, sementara di lahan
yang dijadikan ladang-ladang eksploitasi tersebut, hadir wajah-wajah pribumi
yang mengkilat dan hangus terbakar. Tubuhnya mengangkat harta-harta negeri
sendiri namun dijual untuk asing.
Sudah saatnya Tuan Hugo
Chavez bangun dari pembaringan. Datanglah lagi ke Indonesia, saat ini politiknya
sedang bergejolak kencang. Semua ambil posisi baik, pion sampai raja, tak ada
yang bisa membedakannya. Menusuk karib sendiri, atau memutilasi wajah-wajah
kerabat sendiri. Di negeri yang sebenarnya santun ini kini telah berubah menjadi
sangat asing. Tuan Hugo Chavez yang saya hormati, sudah tentu anda pasti sangat
tertantang untuk datang ke negeri kami. Sekirang anda jadi bereinkarnasi dan
melakukan transformasi, mungkin pejabat yang sedang heboh ber’Harlem Shake’ itu
sudah dijadikan sampah oleh penyidik KPK. Koruptor-koruptor yang menenderkan
proyek atas nama saudara jadi penghuni abadi di Nusa kambangan.
Tuan Hugo Chavez, negeri ini
butuh anda. Sangkin sulitnya untuk mencari sosialis yang bisa menyejahterakan
rakyatnya. Menasionalisasi perusahaan minyak asing di negeri ini. Negeri kami
kaya Tuan, atau jika Tuan mau mungkin bisa kami calonkan jadi presiden di tahun
2014. Tuan tidak usah perlu ‘perahu’ cukup lewat jalur independen, sebab suara
rakyat suara Tuhan. Pada saat ini yang perlu dikaji sebenarnya Tuan datang ke
negeri kami lalu berangus perusahaan asing di negeri ini. Menjadikan negeri ini
sosialis yang pancasilais. Tetap berpegang teguh pada azas ketimuran. Meski kini
tuan terbaring di dalam tanah, mungkin petugas pos masih mau mengambil surat
balasan jika Tuan berkenan membalas surat ini. saya bisa menyaksikan
wajah-wajah Venezuela yang menangis kehilangan seorang Hugo Chavez. Begitulah semestinya
seorang presiden yang jika wafat akan sangat dirindukan. Entah jika itu terjadi
pada kami sekarang, apakah kami bisa bersedih, berkalang tanah? Masalah nama,
kami sudah siapkan beberapa marga dan nama jawa untuk Tuan. Joko Chavez atau
Chavez Harahap juga bagus, seperti nama saya.
Saya tunggu kehadiran tuan
di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar